Skip to main content

grafologi... Mengubah tulisan tangan dengan sengaja untuk merubah karakter. Bisakah?

Dalam majalah intisari edisi bulan Februari, dibahas tentang Grafologi (ilmu yang mempelajari tulisan tangan). Tulisan yang dijadikan contoh pembahasan adalah tulisan bung Karno. Dalam tulisan tangan Bung Karno, baik saat penulisan naskah proklamasi maupun tulisan tangan beliau untuk hal-hal yang sifatnya pribadi, digambarkan Bung Karno memiliki semangat untuk maju ke depan ditandai dengan tulisannya yang miring ke depan. Disamping itu beliau juga orang yang percaya diri, ditandai dengan ‘t’bar (garis tengah huruf  t) nya berada diatas huruf vokal walaupun percaya diri ini terkadang tidak konsisten karena di beberapa tulisannya terdapat ‘t’ bar lebih rendah dari huruf vocal.

Sampai dsini aku kemudian membandingkan dengan tulisan  tanganku.…. aiihhh…, ternyata tulisan tanganku cenderung  condong ke belakang. N lagi huruf ‘t’ ku… ya ampyuunnn… garis ditengahnya benar-benar nyungsep lebih tendah dari huruf vocal. Jika dianalog kan dengan analisis diatas, apakah berarti aku ini orang  memiliki kecenderungan mundur ke belakang n tidak percaya diri?? Whatt??… ogaahhhh!!!!!
Maka untuk merubahnya, tulisanku dengan sengaja ku miringkan ke depan hehe… n tak lupa ‘t’bar aku taruh diatas. Dengan begitu ada harapan sifatku akan mengikuti tulisanku. Hahaha… (emang bisa ya kayak gitu??). Masalahnya tulisan saya miring ke depan hanya saat saya ingat. Selebihnya tulisan saya selalu kembali normal seperti sedia kala. Akhirnya upaya saya untuk menjadi maju ke depan dan percaya diri kayaknya malah menambah satu sifat lagi tidak konsisten. J

Comments

Popular posts from this blog

Hello Wageningen #1#Menuju Kampus Wageningen

Mungkin saat pertama dengar Wageningen, yang terbayang adalah sebuah kota kecil di Pulau Jawa yang terletak antara Poningen dan Leginingen ;).   Wageningen ini memang berada di pedesaan dan kaya dengan produk pertanian. Tapi ini bukan sebuah desa di Jawa melainkan sebuah kota kecil di Belanda atau bahasa internasionalnya the Netherlands. Wageningen University (WUR) sendiri adalah universitas di Belanda yang fokus ke 'healthy food and living environment' dan merupakan universitas yang cukup diakui di bidangnya. Bagi yang ingin belajar di kampus ini, tulisan ini mungkin bisa bermanfaat. Edisi kali ini dibahas rute transportasi umum menuju kampus serta sekilas gambaran tentang hari pertama di kampus. Here we go... Jarak dan Transportasi dari Bandara Schiphol (Amsterdam) ke Kampus Wageningen Setelah turun dari bandara Schiphol Amsterdam dan menyelesaikan semua urusan administrasi, di area yang sama kita bisa menemukan stasiun kereta ...

Mengapa Indonesia dulu disebut Hindia Belanda?

Pagi ini tiba-tiba aku bertanya-tanya. Kenapa ya Indonesia dulu dinamakan Hindia Belanda? Setelah search sana sini, nemu juga jawabannya.. Dulu, European beranggapan bahwa penduduk benua Asia terdiri dari: orang Arab, Persia, India dan Tiongkok. Dengan catatan bahwa semua yang terbentang antara Persia (sekarang Iran) dan Tiongkok (China) adalah India. Maka negeri ini masuk kategori India. Nah, karena kategori India/Hindia ini ada dimana-mana, maka dinamakanlah kita Nederlandsch-Indie atau Hindia Belanda yang artinya India nya Belanda, karena saat itu Belanda lah yang penguasanya. Eh... lalu kenapa ya Netherlands kok berganti nama jadi Belanda? Hasil pencarian menemukan 2 cerita berbeda sebagai berikut: 1. Kata Belanda berasal dari 'Belah' yang artinya memecah dan 'nde' yang artinya keluarga. Netherlands yang waktu itu menjajah dianggaptelah memecah belah keluarga. Belahnde kemudian popular sebagai Belanda. Istilah ini dimunculkan oleh Mudhakarah Ulama...

The Story of My Grandpa

Ode to my Grandpa Malam sebelum Hari Raya Idul Adha 1442 H / atau tepatnya tanggal 19 Juli 2021 sekitar jam 19:00 WIB mbah Kakung tersayang (dari pihak ibu) atau orang biasa memanggil mbas Bas, pergi menghadap Allah SWT di usia 93 tahun di kediamannya di Blitar.  He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.   Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau so...