Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

"Culture shock" yang bikin senyum simpul

Gara-gara perbincangan dengan teman-teman di Jakarta tentang kloset yang mampet, saya jadi ingat beberapa hal kecil -yang bisa dianggap tidak penting- yang dilakukan dengan cara yang berbeda antara di Indonesia dan di negeri Raja Willem-Alexander ini. Ini bukan benat-benar culture shock yang susah diterima sih, paling-paling hanya memerlukan kernyitan di dahi, bahkan bisa menghasilkan senyum simpul atau kalo enggak minimal menghasilkan kata :"oooooo" dalam hati ;) 1. Saat masuk ke toilet di Tanah Air, anda akan menemui tulisan dengan huruf Bold Capital bertuliskan "DILARANG MEMBUANG TISU KE DALAM KLOSET' iya kan? Anehnya, di negeri kincir angin ini, setelah digunakan tisu akan dibuang ke dalam kloset untuk kemudian disiram. Teman saya bahkan punya pengalaman saat dia datang pertama kali ke Belanda berombongan dalam rangka menghadiri sebuah seminar di sebuah Universitas, mereka sempat di protes oleh petugas kebersihan. Alasannya, tempat sampah di toilet menjadi terl

Demokrasi oh demokrasi

Akhir-akhir ini semua media dan orang Indonesia yang saya temui ramai membicarakan keputusan Legislatif tentang perubahan pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung menjadi tidak langsung. Mayoritas, well, bisa dibilang hampir semua tidak setuju dengan keputusan ini. Mayoritas, lagi-lagi, hampir semua berargumen: 1. ini pembunuhan demokrasi namanya 2. demokrasi di Indonesia selangkah lebih mundur 3. ini menghidupkan orde baru lagi namanya 4. ini pasti gara-gara barisan yang sakit hati yang kalah pilpres Pendapat massive dan lebih ramai lagi beredar di dunia maya (baca: facebook dan twitter). Yang paling populer adalah penggalangan komunitas untuk membully presiden sendiri gara-gara partai sang presiden 'walkout' saat pengambilan keputusan yang mengakibatkan partai koalisi pendukung pemilihan kepala daerah tidak langsung MENANG. Saya sendiri awalnya tidak terlalu peduli dengan hal ini, tapi lama-lama saya jadi terpengaruh dan ikut kepikiran juga hehe... Saya bukanny

Hello Wageningen #3# Sistem Belajar # Master

Di Indonesia, kita mengenal sistem belajar per semester. Ada lagi kalau dulu pas masa sekolah, sistem catur wulan :). Di Wageningen ini kita akan dikenalkan dengan sistem belajar per periode. Kalau kita terbiasa dengan sistem penilaian kuliah dalam bentuk SKS (sistem kebut semalam ;p), di Wageningen menggunakan ECTS (European Credir Transfer System). Berikut ini catatan saya tentang perbedaan sistem perkuliahan tersebut:   Suatu kampus di Indonesia J Universitas Wageningen Lama Belajar 2 tahun 2 tahun Sistem penilaian SKS 1 mata kuliah bernilai 2 sampai 3 sks ECTS 1 mata kuliah rata-rata bernilai 6 ects Sistem belajar 1 tahun dibagi 2 semester. Beban sks akan tergantung dengan IPK yang diraih pada semester sebelumnya. Jumlah sks yang bisa diambil pada semester berikutnya berbanding lurus dengan nilai IPK semester sebelumnya. 1 tahun dibag

Hello Wageningen #2# Urusan Administrasi dengan pihak Kota#BSN#Gementee

Begitu urusan administrasi sekolah dan tempat tinggal beres, sebaiknya kita segera melapor ke Kecamatan yang disini disebutnya Gemeente atau Municipality (bahasa Inggris) yang akan memberi kita  security number  atau dalam istilah Belanda adalah Burgeservicenummer (BSN) . Walaupun tidak ada batas keterlambatannya, BSN ini sangatlah penting karena segala layanan publik yang kita butuhkan akan mensyaratkan BSN ini dalam setiap aplikasinya seperti buka rekening bank, bikin OV Chipkaart (kartu buat transportasi umum), residen permit, dll.  Dalam rangka mendapatkan BSN inilah fotocopy legalisir Akte Lahir kita dibutuhkan. Kabarnya tidak semua kota di Belanda mensyaratkan akte lahir dalam mendapatkan BSN, tapi Wageningen adalah salahsatu yang mensyaratkan.  Prosedur pelayanan pemberian BSN sendiri professional dan umumnya tidak memakan waktu yang lama. Anda hanya perlu datang ke kantor Gementee tempat anda tinggal (m ahasiswa Wageningen biasanya tinggal di salah satu wilayah gementee beri

Hello Wageningen #1#Menuju Kampus Wageningen

Mungkin saat pertama dengar Wageningen, yang terbayang adalah sebuah kota kecil di Pulau Jawa yang terletak antara Poningen dan Leginingen ;).   Wageningen ini memang berada di pedesaan dan kaya dengan produk pertanian. Tapi ini bukan sebuah desa di Jawa melainkan sebuah kota kecil di Belanda atau bahasa internasionalnya the Netherlands. Wageningen University (WUR) sendiri adalah universitas di Belanda yang fokus ke 'healthy food and living environment' dan merupakan universitas yang cukup diakui di bidangnya. Bagi yang ingin belajar di kampus ini, tulisan ini mungkin bisa bermanfaat. Edisi kali ini dibahas rute transportasi umum menuju kampus serta sekilas gambaran tentang hari pertama di kampus. Here we go... Jarak dan Transportasi dari Bandara Schiphol (Amsterdam) ke Kampus Wageningen Setelah turun dari bandara Schiphol Amsterdam dan menyelesaikan semua urusan administrasi, di area yang sama kita bisa menemukan stasiun kereta api. Kita bisa beli tiket langsung disini

Study Abroad or Study Abot* :))

Warning!! tulisan ini tidak berlaku bagi anda yang teridentifikasi cerdas, terlebih lagi anda yang teridentifikasi jenius. Belajar ke luar negeri saat ini bukan sesuatu yang langka lagi. Banyak pihak menawarkan beasiswa dengan persyaratan yang bisa dibilang "friendly". Negara maju biasanya menjadi tujuan belajar bagi siswa dari negara miskin-berkembang dengan harapan dapat mengadopsi ilmu dan tehnologi negara maju. Anyway, inti cerita disini bukanlah lulus seleksi beasiswa dan seleksi masuk perguruan tinggi itu sendiri. Tapi yang paling penting adalah bagaimana strategi kita untuk selalu siap menghadapi segala kemungkinan di babak baru menyenangkan (anggap saja begitu :D) yang akan kita jalani kedepan. Well, setiap orang pasti punya cara masing-masing untuk menghadapi tantangan ini. Mau tahu bagaimanakah nasip orang biasa atau pas-pasan alias ordinary people, menjawab tantangan ini? Begini inilah jadinya: Pra keberangkatan: Ragu-ragu, gelisah, agak malas :p, tapi tentu

Rajin pangkal pandai

Istilah rajin pangkal pandai sangat familiar bagi kita, terutama yang mengalami masa-masa sekolah dasar (SD) seperti saya dulu dimana semua buku pelajaran harus diberi sampul warna coklat bertuliskan kata-kata bijak. Kadang satu sampul bertuliskan -rajin pangkal pandai-. Sampul lain bertuliskan -malas pangkal bodoh- atau -hemat pangkal kaya- dan lain sebagainya. Anyway, saya tidak ingin membahas sampul-sampul coklat tersebut. Hanya saja saat ini saya mengalami masa-masa yang membuat saya kemudian mengingat kembali istilah-istilah tersebut. Akhir-akhir ini saya benar-benar dibuat pusing dan gelisah dengan pelajaran kuliah saya. Banyak sekali pelajaran yang saya terima dan tidak mampu saya mengerti. Tentu saja saya sudah berusaha mengamalkan -rajin pangkal pandai- yang sudah saya yakini sejak masa sekolah. Tak ketinggalan pesan-pesan motivator untuk selalu berfikir positif dan tak pernah menyerah juga sudah diamalkan, seoptimal mungkin tentunya. Hanya saja, menjadi rajin itu susah ba