Ode to my Grandpa
He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.
Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau sosok pekerja keras dan berdedikasi dengan pekerjaannya, sangat mandiri, berkemauan keras, fearless, dan sangat determine. Hingga diusia yang sangat senja dia masih aktif bekerja walaupun sudah dilarang sama anak-anaknya. Mbah Kung baru benar-benar berhenti bekerja saat kondisi fisiknya benar-benar sudah tidak memungkinkan dikarenakan usianya.
Mbah kung merupakan seseorang yang sangat suka bercerita dan melucu. Saat kecil saya sering mendapat dongeng tentang orang-orang hebat yang kehidupannya penuh dengan pelajaran hidup. Walaupun mbah kung punya trade mark "keras kepala", saat bersama cucu-cucunya beliu hampir tidak pernah serius dan selalu melucu dan jail. Ketika saya beranjak dewasa, naturally kami menjadi jarang bertemu karna tinggal di kota yang berlainan. Meskipun begitu saat pulang saya selalu menantikan cerita-cerita beliau. Mulai cerita tentang jaman Belanda, jaman Jepang, pra kemerdekaan, agresi militer, atau cerita keseharian seperti how I met your grandma 😄.
Mbah kung sangat suka menanam pepohonan di sekitar rumah, benar-benar excessively nanamnya dimana-mana, samping, depan dan belakang rumah tidak absen dari pepohonan. Sampai-sampai ayah saya dan saya berpendapat kalau dia sebenarnya anggota Greenpeace 😆. Sebenarnya ada banyak tujuan dibalik penanaman pohon ini selain menambah oksigen sekitar, pohon-pohon ini juga sebuah investasi untuk anak cucunya kedepan. such a visionary
Mbah kung juga orang yang religius dan berdedikasi terhadap keyakinan yang dianutnya. Salah satu bentuk ketaatan agamanya adalah dengan mewakafkan tanah di depan rumahnya untuk pembangunan Langgar (masjid versi mini) dan tempat untuk Taman Pendidikan Al-Qur'an. Selain dapat dimanfaatkan masyarakat untuk beribadah dan belajar, tentunya ini juga sebagai pembelajaran bagi kami anak cucunya agar bisa menjadi pribadi yang relegius dan bermanfaat.
Mbah kung merupakan orang tersehat yang pernah ku kenal. Beliau hampir tak pernah sakit, dan hingga akhir usia pun di masih punya pemikiran yang jelas, mandiri (untuk ukuran orang sepuh) dan hardwilling untuk beraktifitas. Sampai akhir hidupnya mbah kung tidak menderita suatu penyakit berat, aktifitasnya memang semakin terbatas karena usianya. Mayoritas waktunya mbah kung habiskan dengan membaca Al-Qur'an. Setelah kehilangan mbah putri 2 tahun lalu, belahan jiwanya selama 63 tahun, dia sudah mempersiapkan segala hal tentang kepergiannya, like in detail, hingga biaya-biaya yang nanti diperlukan. You know, he's just so persistent of being independent even after death. Jika kita doakan semoga panjang umur, mbah kung akan menjawab dengan nada bercanda, "Jare sopo panjang umur enak? Awak rasane gak enak kabeh, pegel-pegel. Jawane ngono wes kesel, wes digawe puluhan tahun"*. Jika ada tetangga yang meninggal dia juga akan komen "Kleru ye Gusti Allah ki, sek enom kok wes mati, aku wes tuwek kok ra diuleh ulehne"**.... He's so ready to go...
![]() |
Lokasi : Langgar Klece Foto diambil pada: 11 September 2018 |
Selamat jalan mbah kung, Allahummaghfirlahu Warhamhu Wa'afihi Wa'fu'anhu...
semoga mendapat surga Allah SWT
It's such a very sad day for me, dan dengan kondisi pandemi saat ini, saya menahan diri untuk tidak pulang
you know I've always loved you and will always pray for you ...
Jakarta, 21 Juli 2021
Note:
* Kata siapa umur panjang itu enak, badan pegel-pegel semua. Ceritanya badan ini sudah capek (kelelahan) karena telah digunakan selama puluhan tahun.
** Apa Tuhan nggak keliru? kok malah yang masih muda sudah meninggal, sedangkan di sini ada orang tua tapi nggak juga dipulangkan
Terharu 🥺
ReplyDelete