Skip to main content

Cerita Burung Kecil

-sebuah cerpen- sekedar pancingan, semoga setelah ini segera menyusul tulisan lainnya^^

Burung kecil terbang tinggi.... tanpa tujuan..... tanpa cita-cita.....
hanya satu yang ia inginkan .....terbang....
Hari yang cerah.., sang surya tersenyum ceria di ufuk timur. Burung kecil akan segera terbang dan bernyanyi sebisanya, seperti hari-hari sebelumnya.
Hanya saja kali ini burung kecil ingin mencoba rute baru. Rute yang belum pernah didatanginya.
Persiapan seperlunya tlah dilakukan baik kondisi fisik maupun perbekalan. Seminggu terakhir dia berjemur 2 jam tiap pagi untuk memperpanjang nafasnya. Bulu2nya juga telah diolesinya dengan minyak yang telah disediakan kantung minyak di balik sayapnya.
Dimulai dengan do’a, Burung kecil mulai mengepakkan sayapnya.
tinggi... jauh.... semaunya.....
suatu hari burung kecil terperanjat saat terbangun di sebuah sangkar.
Hal terakhir yang diingatnya ialah ia tidur diatas pohon. Saat itu ia benar-benar kelelahan hingga dilihatnya sebuah taman dengan banyak tanaman. Dia hanya bermaksud untuk beristirahat sejenak sambil memulihkan energinya.
Tak berapa lama, sayup2 terdengar suara Pemilik Sangkar. Dielus2nya burung kecil sambil menyanyikan sebuah lagu. Tak lupa dibawanya makanan beserta satu tabung air sebagai pengisi perut burung kecil. Semula burung kecil ragu dan marah dengan keadaan ini. Tapi kemudian dia mulai merasa nyaman, terbiasa dan sangat bergantung pada Pemilik Sangkar.
Begitulah Burung Kecil mulai menganggap sangkar itu adalah untuknya dan Pemilik Sangkar akan selalu ada untuk menjaganya.

Suatu hari, pemilik sangkar meninggalkan burung kecil. Sambil mengelus kepala burung kecil, Pemilik Sangkar berpamitan. "Aku harus pergi Burung Kecil" Semoga kau baik-baik saja" itu diucapkan Pemilik Sangkar saat beranjak. Burung Kecil ingin mencegahnya, tapi ia tak tahu caranya. Burung Kecil juga ingin mengatakan, kalau Pemilik Sangkar mau, ia bisa menemaninya kemanapun. Bukankah Ia memiliki sepasang sayap mungil yang bisa membawanya kemana saja? Tapi Burung Kecil urung mengatakannya. Ia berjanji akan selalu menunggu Pemilik Sangkar.
Dalam sangkarnya....
Burung kecil bernyanyi ceria... sebisanya...
Menyapa teman2nya yang terbang melewatinya....

Suatu hari, salah satu temannya datang menjenguknya.
Burung kecilkata Kabar Burungkemarin aku terbang ke arah Barat. Aku melihat Pemilik Sangkar disana
Burung kecil bersinar senang mendengarnya. “Benarkah kabar burung? Apakah dia bilang kapan dia kembali?” Burung kecil bertanya dengan rasa rindu
Menurutku dia takkan kembali Burung Kecil. Sebaiknya kau segera meninggalkan sangkarmu, karena dia takkan kembali.”
Tapi kenapa kabar burung?” tanya burung kecil tak percaya
Kabar Burung hanya terdiam.
Tapi mengapa dia tak mengatakannya sendiri kabar Burung?” tanya burung kecil lagi
Aku tak tahu burung kecil, mungkin dia tak sempat.”
Lalu bagaimana aku bisa keluar dari sini? Aku terkunci di sangkar ini?”
Tapi Burung Kecil... kau sendirilah yang mengunci dirimu dari dalam.” Jawab Kabar Burung prihatin
Burung kecil, aku harus segera pergi, melanjutkan tugasku, menyebarkan berita ke seluruh penjuru dunia...”
Begitu selesai berkata, kabar burung langsung terbang
Burung kecil termenung mencerna berita kabar burung. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Kesedihan meliputinya.., kenapa begitu? Bukankah sepertinya sang pemilik sangkar sangat menyayanginya? Mungkinkah itu hanya perasaan burung kecil saja? Mengapa saat berpamitan, Pemilik Sangkar tidak mengatakan kalo dia takkan kembali?.
Hhhhhh......., Burung Kecil menghela nafas...
.. memang.... kasihan sekali Pemilik Sangkar jika harus kembali hanya demi burung sepertiku.. kata Burung Kecil lirih. Pasti Pemilik Sangkar terlalu bahagia disana hingga bahkan untuk memberi kabarpun lupa...
Ah...., Burung kecil memang bukan burung istimewa. Dulu saat uji suara, alih2 mendapat pujian, ia mendapat tatapan prihatin dari ibunya yang menyarankan agar ia tidak perlu mendaftar di kontes manapun. Bulunya juga biasa2 aja, bahkan paling aneh di banding saudara2nya. Masalah intelgensi, jangan ditanya lagi,. Saat duduk dibangku kelas 1 SB (sekolah burung), saking tak percayanya pada kemampuan berpikir burung kecil, ibu2 se RT desa Burung Ceria sempat mendemo guru SB burung kecil. Gara2nya Bu Guru memberikan peringkat 3 besar pada burung kecil. Untuk menjadi rata-rata adalah hal yang sangat sulit bagi Burung Kecil, apalagi diatas rata2.
Ya Sudahlah...
Dia sangat mengenal Kabar Burung. Tidak seperti anggapan manusia, Kabar Burung sebenarnya sangat kompeten dengan tugasnya menyebarkan berita. Dia berdedikasi tinggi menjaga kebenaran berita yang disampaikan.
Ia ingin mendoakan Pemilik Sangkar agar selalu bahagia melalui kicauannya. Tapi rasanya tak kuasa. Kabar burung benar. Burung kecil sendiri lah yang sebenarnya selama ini mengurung dirinya dalam sangkar. Burung Kecil menangis sedih menyadarinya...
ia harus bergegas, banyak yang harus disiapkannya.
Sayapnya terasa kaku karena tlah lama tak digunakannya. Bulunya yang berfungsi sebagai alat perasa juga mulai tidak sensitif merasakan udara bebas. Rongga2 pada tulangnya yang biasanya akan terisi udara saat terbang, rasanya juga sudah mulai banyak yang berkarat. Banyak yang harus segera dibenahinya.
Matahari belum muncul, awan berarak menutupi sinarnya. Persiapan secukupnya sudah dilakukan, burung kecil tak kan menunda lagi dengan berharap sinar yang lebih cerah esok pagi. Matahari memang kompas favoritnya tapi dengan segala fasilitas dan kemampuan yang dianugerahkan Yang Maha Pembuat Hidup padanya adalah satu hal yang mudah bagi Burung Kecil untuk menemukan jalan. Sudah tak selayaknya lagi dia berada di sangkar ini, dia harus pergi dari sini dan sedapat mungkin tak menoleh lagi. Tekadnya sudah bulat, Burung kecil terbang diiringi hujan lebat. Hujan juga lebih bagus, agar tak terlihat air matanya yang menetes deras, tak tahu untuk apa.
Burung kecil terbang tinggi...
Tanpa tujuan... tanpa cita-cita...
Hanya satu yang diinginkannya...
..... terbang....

Comments

Popular posts from this blog

The Story of My Grandpa

Ode to my Grandpa Malam sebelum Hari Raya Idul Adha 1442 H / atau tepatnya tanggal 19 Juli 2021 sekitar jam 19:00 WIB mbah Kakung tersayang (dari pihak ibu) atau orang biasa memanggil mbas Bas, pergi menghadap Allah SWT di usia 93 tahun di kediamannya di Blitar.  He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.   Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau sosok pekerja ke

Potongan harga untuk Kacamata oleh Askes

Baru baru ini saya punya teman baru bernama ‘Visi’ , kacamata minus yang saya beli dengan fasilitas potongan harga dari Askes.   Meskipun beberapa teman yang setelah mendapat informasi tentang rentetan tatacaranya banyak yang berpendapat bahwa proses nya terlalu rumit, tapi tak ada salahnya saya tetap berbagi bagaimana mendapatkan kacamata dengan potongan harga dari Askes dan berapakah besarnya. Pertama, bagi yang belum pernah sama sekali menggunakan kartu Askes anda, berikut adalah cara mengaktifkannya (khususnya buat yang bekerja di luar kota asal): Langkah pertama adalah melapor di Askes setempat. Bagi anda yang punya KTP dan domisili di tempat yang sama tentunya tidak akan jadi masalah, tapi buat yang harus berpindah ke daerah lain, pastikan anda melapor pada kantor ASKES yang berada diwilayah puskesmas tujuan anda (dengan membawa kartu askes yang sudah anda miliki tentunya); Anda akan mendapatkan surat dari ASKES yang ditujukan untuk Puskesmas tujuan anda; Langkah s

On my way to work # Mei 2019 #Demo Massa #pasca Pilpres

21 Mei 2019 Tidak ada yang spesial hari itu, rutinitas dimulai dengan berangkat ke tempat kerja. Suasana pagi hari di tempat kerja kurang lebih sama, tidak ada sesuatu luar biasa untuk dikenang. Tentang didirikannya posko polisi di sekitar Thamrin juga telah menjadi pemandangan biasa, karena kurang lebih 10 hari terakhir ini sudah beberapa kali ada demo di depan Bawaslu, sehingga memang perlu pengamanan lebih. Tapi hari ini akan menjadi spesial karena dini hari tadi menjelang waktu sahur, KPU telah mengumumkan pemenang Pemilu 2019, sedikit lebih maju dari jadwal semula... Menjelang siang, terlihat massa sudah mulai memenuhi perempatan Thamrin. Kebetulan tempat kerja saya sangat dekat dengan lokasi massa berada. Beberapa rekan yang rumahnya jauh memilih untuk pulang lebih cepat dari biasanya, karena akses di sekitar tempat kerja memang sudah mulai ditutup. Saat pulang kantor, massa sudah memenuhi perempatan Thamrin. Saya ingat waktu itu suasana termasuk kondusif. Saya bisa melewati