Ceramah Isra’ Mi’raj 1432H
Kalau dilogika dengan fikiran manusia Isra’ Mi’raj takkan pernah masuk akal. Bagaimana mungkin seorang manusia dijaman bahoela bisa melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Jerussalem) hingga Sidratul Muntaha (langit tertinggi) hanya dalam tempo 1 malam. Pada masa itu, transportasi belum modern dan Makkah-Yerussalem bisa ditempuh dalam tempo 40 hari. Si pencerita adalah seseorang yang baru saja kehilangan 2 orang yang sangat disayanginya yang selalu mendampinginya dalam berdakwah (Istri dan Pamannya). Bisa dibayangkan, seandainya kita hidup pada masa itu, mungkin kita pun tak tan percaya.
Akan mudah menerima Isra’ Mi’raj jika kita meyakini Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Perjalanan Isra’ Mi’raj adalah perjalanan atas kehendak Allah SWT. Tidak ada yang tidak mungkin jika Dia berkehendak. Jika kita renungkan segala hal yang telah diaturnya, peristiwa Isra’ Mi’raj adalah hal kecil bagi Sang Maha Pencipta.
Bumi diciptakan sedemikian rupa beserta segala isinya. Selama jutaan tahun masing-masing beredar dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna .Selama pergerakkan ini tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain atau bertabrakan dengan lainnya. Bisa dibayangkan kalau tiba-tiba ada kesalahan teknis dan terjadi kecelakaan seperti yang biasa terjadi jika manusia yang mengatur.
Tubuh kita diciptakan dengan mekanisme yang sempurnya. Tubuh kita tak ubahnya seperti pabrik yang selalu berproduksi selama 24 jam. Benda2 mati (nasi, ayam goreng, tempe goreng) yang dimasukkan ketubuh kita diolah dan d.distribusikan sedemikian rupa tanpa ada yang keliru. Kita cukup memasukkan semuanya lewat mulut apa aja yang kita suka, maka dengan mekanisme yang sempurna darah sebagai alat transportasi selalu tahu nutrisi apa yang diperlukan oleh masing-masing bagian tubuh. Gratis..tis...tis... tanpa protes... Kita juga tahu kan kalau sampai salah satu bagian organ tubuh kita ada yang rusak, berapa kocek yang harus dikeluarkan.... Kita sendiripun sebenarnya juga hasil olahan dari benda2 mati yang dimakan emak bapak kita...
Itu hanya sekelumit Maha Kuasanya Allah
Allah memang Maha Besar, Maha Kuasa. Lalu haruskah kita mempercayai cerita seseorang bernama Muhammad ini?
Muhammad lahir sebagai anak yatim. Dia seorang buta huruf yang terkenal kejujurannya hingga mendapat gelar Al-Amin (terpercaya). Muhammad. mengajarkan ke-tauhid-an. Dalam kitab yang di turunkan padanya, dijelaskan pedoman tentang berbagai aspek kehidupan. Salah satunya tentang asal kejadian Manusia “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al-Mukminun : 12-14). Pada abad ke 7, Muhammad telah menjelaskan asal kejadian manusia. yang telah terbukti dengan penelitian kedokteran termutakhir.
Adanya air tawar dan air laut yang berdampingan. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53) Seperti diketahui banyak penyelam modern yang telah menemukan keberadaan air tawar di dalam laut berdampingan tanpa bercampur. Ternyata pada abad ke 7 yang pastinya belum ada alat selam semodern sekarang Muhammad telah mengetahuinya.
Seorang buta huruf dari komunitas Jahiliyah telah mengetahuinya jauh sebelum ilmu2 modern ditemukan. Tidak ada yang mustahil karena Allah yang mengajarkan...
Perjalanan Isra’ Mi’raj yang dilakukan Muhammad jauh sebelum para Astronot menjelajah ruang angkasa adalah hal yang mudah jika Allah yang menghendaki.....
Subhaanakallahumma wa Bihamdika Asyhaduallaa Ilaaha Illa Anta Astaghfiruka wa Atuubu Ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu)
Ditulis menggunakan bahasa penulis dengan tanpa bermaksud mengurangi makna berdasarkan Ceramah by. KH. Syukron Makmun
Comments
Post a Comment