Skip to main content

Hello Wageningen # Adaptasi dan modifikasi makanan lokal

Note: yang saya maksud dengan makanan lokal adalah makanan yang mudah di temui di supermarket ataupun pasar setempat

Saya selalu berada di urutan depan yang menyetujui bahwa mengkonsumsi makanan lokal, somehow, merupakan tindakan yang sangat bijak, plus tentunya bernilai ekonomis alias lebih murah yang pada akhirnya akan mengurangi kecepatan menipisnya kantong kita hehe.. well, walaupun tidak selamanya produk lokal selalu lebih murah sih...

Saya punya argumen untuk opini saya diatas:
kenapa bijak? 
- pertama: karena dengan mengkonsumsi makanan lokal berarti kita turut peduli lingkungan. Kok bisa? Iya dong, dari sektor transportasi saja misalnya, produk lokal memerlukan jarak pengiriman yang relatif pendek yang berarti juga menghabiskan lebih sedikit fuel. Bandingkan dengan bahan bakar yang dibutuhkan oleh produk yang harus di datangkan dari tempat dengan jarak ratusan km.
- kedua: makanan lokal dijamin lebih fresh, karena memerlukan waktu lebih pendek dalam hal durasi penyimpanannya. Dengan sendirinya, bahan pengawet yang biasanya memiliki efek tidak ramah pada makhluk hidup kemungkinan kadarnya sangat minim dijumpai pada makanan lokal ini.
- ketiga: mudah didapatkan dan biasanya lebih murah (dengan syarat jangan dibandingkan dengan produk-produk dari negeri tirai bambu lho ya ;p)

Makanan Indonesia di Wageningen
Di era modern ini sebenarnya menemukan makanan dari seluruh penjuru dunia bukanlah sesuatu yang sulit. Pun di Wageningen ini, bahan makanan Indonesia dapat dengan mudah di temui di toko Asia, bahkan di supermarket. Hanya saja, terkadang kita tidak punya banyak waktu untuk memasak ala Indonesia yang harus kita akui sangat "time consuming" dalam proses pembuatannya. Restoran yang menyediakan Indonesian food juga bisa anda temui disini, hanya saja, jika anda terlalu sering mengkonsumsi makanan restoran, harga yang di bandrol akan membuat anda ter-liquidasi dengan sangat cepat (terutama bagi mahasiswa dengan biaya beasiswa :p). Option lain adalah membeli makanan beku di supermarket, disini anda bisa menemui nasi goreng, bami goreng, sate ayam beku yang bisa anda konsumsi setelah dipanaskan di microwave, hanya saja taste nya itu loh *halah* sangat mengecewakan ;p mmm.... kecuali sate ayam kali ya, lumayan bisa diterima

Makanan yang sangat mudah di dapatkan di Wageningen (Belanda pada umumnya)
- Susu dan segala turunannya (termasuk yogurt dan keju)
Bagi penggemar susu dan turunannya, anda akan merasa bahagia berada di Wageningen (dan Belanda pada umumnya). Produk susu dan turunannya sangat melimpah dan berjenis-jenis. Susu misalnya, dibagi-bagi menjadi fullmilk, halvefull milk, karnemilk, dll. Begitu juga yogurt, apalagi keju. Untuk yogurt dan keju, saya suka membeli produk dengan rasa yang berbeda tiap saya belanja, untuk mengerti perbedaannya :).
- Apel
Saya analogikan apel disini mungkin hampir sama dengan pisang di Indonesia. Apel disini memiliki jenis yang bermacam-macam dan selalu tersedia setiap saat dan menurut saya pribadi, buahnya lebih segar dan rasanya lebih enak dari apel impor yang di Indonesia. Saya sendiri pada dasarnya bukan penggemar apel, tapi sejak disini, saya makan apel hampir tiap hari, dan tentunya saya tidak melewatkan untuk mencoba berbagai jenis apel yang tersedia.
- Roti
Tentunya bukan rahasia lagi kalau western countries lebih suka makan roti. Bagi anda penggemar roti, anda akan menemukan berbagai jenis roti di supermarket. Jika dilogika, roti sebenarnya pilihan yang sangat efisien. Praktis, bergizi, bisa dipadu padan dengan makanan apapun (karena rasanya tawar) dan relatif awet (bandingkan dengan sumber karbohidrat lain; nasi misalnya). Meskipun begitu saya pribadi hingga saat ini kurang begitu mengerti perbedaan roti-roti tersebut. Saya hanya menamai mereka roti tawar yang empuk, agak alot, alot banget dan keras hahaha...
- Daging-dagingan (terutama daging babi)
Mayoritas daging yang dicampurkan pada makanan adalah daging Babi. Bagi anda penggemar daging Babi, anda akan dimanjakan dengan berbagai makanan berbahan daging babi dengan harga yang relatif kantong-able- :). Bagi anda yang Muslim, anda harus extra hati-hati dalam membeli makanan. Pastikan anda membaca dengan teliti komposisi makanan yang anda beli. "Daging babi" dalam bahasa Belanda = "Varkenvlees"
- Beragam Sayuran 
Pada dasarnya anda dapat dengan mudah menemukan bermacam sayur dan buah di supermarket. Beberapa sayur memiliki periode kemunculan yang berbeda misalnya asparagus, belgian sprout dll. Anda bisa menemukan beragam jenis sayuran yang mungkin belum pernah anda rasakan sebelumnya dan layak untuk dicoba. Sayuran yang pasti tersedia adalah Wortel, Tomat, Brokoli, Kol, Jamur (Champignons) dan Buncis.
- Makanan Kalengan/ herb yang dikeringkan
Anda akan dibuat "amaze" dengan berbagai jenis makanan kalengan yang tersedia di supermarket. Hampir semua makanan memiliki versi "diawetkan" di kalengan. Berdasarkan pengalaman, saya sering menghabiskan waktu untuk mengamati jenis-jenis makanan yang baru bagi saya yang tersedia dalam stock makanan kalengan dan dikeringkan ini.

Adaptasi?
Beradaptasi dengan tempat baru memang bukan perkara gampang. Banyak hal yang dengan sendirinya akan kita adapt karena memang harus kita lakukan. Seperti menyesuaikan diri dengan pergantian musim, menyesuaikan diri dengan sistem belajar dan bahasa. Akan tetapi masalah makanan, benar-benar menjadi pilihan kita untuk memutuskan apakah kita memilih mengkonsumsi makanan lokal, ataukah kita memasak makanan Indonesia setiap hari, atau mungkin kita mau mencoba makanan-makanan dari negara-negara lain: misalnya India, atau Mediteranian yang bahan2nya bisa sangat mudah anda dapatkan di sini.

Dan saya melihat Mahasiswa Indonesia disini memiliki cara yang berbeda-beda dalam memilih makanan yang mereka konsumsi setiap harinya. Saya sendiri, jujur tidak pernah bisa lepas dari makanan Indonesia. Dalam kulkas saya misalnya, selalu dapat anda temukan tempe atau tahu teronggok disana. Akan tetapi selain 2 makanan sakral tersebut, saya mencoba beradaptasi dengan makanan-makanan lokal yang tersedia. Alasan saya: karena saya bijak ;p (dengan argumen yang telah jelaskan panjang lebar diatas). Alasan kedua, saya penasaran dengan "rasa" makanan-makanan tersebut.

Adaptasi  
-Roti dan salad/keju
Untuk makan siang yang seringnya saya lakukan di kampus, saya mulai terbiasa mengkonsumsi Roti dan salad, kadang roti dan keju, kadang roti isi telur dan sayur. Favorit saya adalah Roti dengan salad, anda bisa mendapatkan berbagai macam salad di supermarket, dan diantara para salad tersebut favorit saya adalah "komkommersalade" atau "salad timun". Awalnya, ini terasa aneh bagi saya, tapi percayalah kawan, kemampuan adaptasi kita lebih hebat dari persangkaan kita :).
Menu andalan makan siang


Modifikasi dan Resep Rahasia
Hal lainnya yang saya lakukan adalah mencoba sayuran lokal tapi dengan "taste" ala Indonesia. berikut ini contohnya:

- Belgian Sprout atau Spruiten dalam bahasa Belanda. Sayuran ini mirip-mirip kol tapi dalam ukuran mini. Akan sering anda temui di musim gugur/fall/autumn, dengan harga yang sangat murah. Rasanya ya mirip-mirip kol juga haha.., ada manis-manis nya dikit and agak langu (bahasa jawa = maaf tidak tahu padanan katanya dalam bahasa Indonesia :D). Dalam memasak nya jangan terlalu lama, cukup 5-10 menit saja, biar kriuk-kriuk. Kalau terlalu lama masaknya akan pahit rasanya.
Oseng Spruiten

- Radish/lobak merah dan Romanesco Broccoli
Radish/ lobak merah ini pada dasarnya berasa netral/tawar dan umumnya digunakan sebagai salahsatu bahan salad. Broccoli Romanesco, seperti namanya merupakan salahsatu jenis brokoli. Rasanya juga mirip-mirip brokoli, hanya saja tekstur nya lebih keras, dan menurut saya less langu *bahasa apalagi ini :p* dibanding brokoli yang biasa kita kenal itu.
Radish (kiri) dan Romanesco Broccoli (kanan)
Idealnya Radish disajikan dengan memotongnya menjadi lempengan tipis dan melumuri nya dengan jeruk nipis dan garam. Dan siap untuk dikonsumsi. Tapi sayangnya, rasanya agak gimana gitu... hahaha...
Salad Radish

Maka, apapun bahannya berakhirlah di penggorengan hahahaha..
Radish (kiri) dan Broccoli Romanesco (kanan) goreng :))

Saya juga memberdayakan dedaunan bernama "Dill" saat menggoreng makanan diatas. Apakah dill itu? dadaunan semacam seledri atau kemangi atau kuchai yang bisa anda tambahkan pada masakan2 anda untuk menambah cita rasanya. Dill ini juga sangat mudah ditemukan di supermarket baik versi kering ataupun daun segar.

- Sup dengan memanfaatkan makanan kalengan
misalnya saya menggunakan crab kalengan dan asparagus botolan (diawetkan dalam kemasan botol transparan) serta jagung kalengan plus jamur untuk membuat sup kepiting asparagus yang bisa kita jumpai di Indonesia. 


Sup kepiting asparagus

Anyway, memilih apa yang kita makan adalah benar-benar pilihan pribadi kita, karena selera setiap orang pasti berbeda. Saya pribadi pada awalnya sangat tergantung pada nasi sebagai makanan utama, semakin lama dengan sendirinya saya bisa mengurangi kecanduan pada nasi. Terkadang saya juga mencoba makanan-makanan baru yang dikonsumsi oleh negara-negara lain seperti couscous, bulgur, pasta atau sumber karbohidrat lainnya. Walaupun secara subjective saya akan selalu berpendapat bahwa Nasi tetaplah yang terenak hahahaha.... 

Salam Tahun Baru 2015 :)

Comments

Popular posts from this blog

The Story of My Grandpa

Ode to my Grandpa Malam sebelum Hari Raya Idul Adha 1442 H / atau tepatnya tanggal 19 Juli 2021 sekitar jam 19:00 WIB mbah Kakung tersayang (dari pihak ibu) atau orang biasa memanggil mbas Bas, pergi menghadap Allah SWT di usia 93 tahun di kediamannya di Blitar.  He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.   Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau sosok pekerja ke

Potongan harga untuk Kacamata oleh Askes

Baru baru ini saya punya teman baru bernama ‘Visi’ , kacamata minus yang saya beli dengan fasilitas potongan harga dari Askes.   Meskipun beberapa teman yang setelah mendapat informasi tentang rentetan tatacaranya banyak yang berpendapat bahwa proses nya terlalu rumit, tapi tak ada salahnya saya tetap berbagi bagaimana mendapatkan kacamata dengan potongan harga dari Askes dan berapakah besarnya. Pertama, bagi yang belum pernah sama sekali menggunakan kartu Askes anda, berikut adalah cara mengaktifkannya (khususnya buat yang bekerja di luar kota asal): Langkah pertama adalah melapor di Askes setempat. Bagi anda yang punya KTP dan domisili di tempat yang sama tentunya tidak akan jadi masalah, tapi buat yang harus berpindah ke daerah lain, pastikan anda melapor pada kantor ASKES yang berada diwilayah puskesmas tujuan anda (dengan membawa kartu askes yang sudah anda miliki tentunya); Anda akan mendapatkan surat dari ASKES yang ditujukan untuk Puskesmas tujuan anda; Langkah s

On my way to work # Mei 2019 #Demo Massa #pasca Pilpres

21 Mei 2019 Tidak ada yang spesial hari itu, rutinitas dimulai dengan berangkat ke tempat kerja. Suasana pagi hari di tempat kerja kurang lebih sama, tidak ada sesuatu luar biasa untuk dikenang. Tentang didirikannya posko polisi di sekitar Thamrin juga telah menjadi pemandangan biasa, karena kurang lebih 10 hari terakhir ini sudah beberapa kali ada demo di depan Bawaslu, sehingga memang perlu pengamanan lebih. Tapi hari ini akan menjadi spesial karena dini hari tadi menjelang waktu sahur, KPU telah mengumumkan pemenang Pemilu 2019, sedikit lebih maju dari jadwal semula... Menjelang siang, terlihat massa sudah mulai memenuhi perempatan Thamrin. Kebetulan tempat kerja saya sangat dekat dengan lokasi massa berada. Beberapa rekan yang rumahnya jauh memilih untuk pulang lebih cepat dari biasanya, karena akses di sekitar tempat kerja memang sudah mulai ditutup. Saat pulang kantor, massa sudah memenuhi perempatan Thamrin. Saya ingat waktu itu suasana termasuk kondusif. Saya bisa melewati