Skip to main content

Kereta ke Bandara Soekarno-Hatta

Begitu tahu ada moda transportasi baru untuk ke bandara, saya langsung penasaran mencobanya. Jadi begitu ada kesempatan ke bandara, langsung deh saya coba moda transportasi yang diresmikan Presiden RI pada 2 Januari 2018 kemarin.

Sistem pembelian tiket kereta menggunakan metode duit-less atau istilah benarnya cashless, jadi bagi yang mau nyoba kereta bandara, pastikan bawa kartu yang bisa digunakan untuk membayar. Masuknya menggunakan sistem boarding seperti yang telah diterapkan di PT. KAI. Proses pembelian tiket dengan sistem self service, untuk yang belum bisa banyak petugas yang standby dan siap membantu kita.   

Pastikan untuk cek jadwal dulu sebelum berangkat di https://www.railink.co.id/jadwal-kereta

Kemarin saya agak kecele gitu gara-gara kebiasaan grasa grusu tanpa liat jadwal berangkat ke stasiun. Karena diberlakukan sistem boarding, jadi kita ga bisa menggunakan sistem asal lompat ke kereta. Kayak yang saya alami kemarin, dimana saya ga bisa ngikut kereta yang mau datang karena sudah terlalu mepet dan akhirnya harus nunggu kereta selanjutnya yang baru jalan 30 menit berikutnya. Ini merupakan ujian yang sangat berat bagi pengejar pesawat yang mendekati injury time.
Mesin Pembelian Tiket
Boarding Pass

Gerbang Masuk Kereta

Keadaan dalam kereta
Ini foto saat saya berkesempatan naik moda ke bandara ini, emang saat ini kayaknya belum begitu ada peminatnya. Bisa jadi karena pada belum terbiasa, atau juga mungkin karena harganya yang tergolong agak mahal (weekdays harga Rp. 70.000;- , katanya sih kalo weekend harganya setengahnya.

Transit ke SkyTrain
Satu lagi yang bikin agak ribet adalah, kita masih harus transit lagi. Jadi kereta bandara ini akan berhenti di Stasiun Bandara, nha kita harus naik SkyTrain lagi untuk menuju ke Terminal Bandaranya. Hmmm.... kalo lagi bawa barang banyak agak ribet sih, plus pake jalan kaki segala saat di terminal bandara. Bagi yang terbiasa hidup terjadwal dan suka olahraga, transportasi ini bakal cocok banget dan akan dapat bonus tambahan yaitu bebas macet. Tapi kalo bagi orang grasa grusu, maunya berangkat semaunya dan ogah-ogahan jalan kaki, mmmm.... 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hello Wageningen #1#Menuju Kampus Wageningen

Mungkin saat pertama dengar Wageningen, yang terbayang adalah sebuah kota kecil di Pulau Jawa yang terletak antara Poningen dan Leginingen ;).   Wageningen ini memang berada di pedesaan dan kaya dengan produk pertanian. Tapi ini bukan sebuah desa di Jawa melainkan sebuah kota kecil di Belanda atau bahasa internasionalnya the Netherlands. Wageningen University (WUR) sendiri adalah universitas di Belanda yang fokus ke 'healthy food and living environment' dan merupakan universitas yang cukup diakui di bidangnya. Bagi yang ingin belajar di kampus ini, tulisan ini mungkin bisa bermanfaat. Edisi kali ini dibahas rute transportasi umum menuju kampus serta sekilas gambaran tentang hari pertama di kampus. Here we go... Jarak dan Transportasi dari Bandara Schiphol (Amsterdam) ke Kampus Wageningen Setelah turun dari bandara Schiphol Amsterdam dan menyelesaikan semua urusan administrasi, di area yang sama kita bisa menemukan stasiun kereta ...

Mengapa Indonesia dulu disebut Hindia Belanda?

Pagi ini tiba-tiba aku bertanya-tanya. Kenapa ya Indonesia dulu dinamakan Hindia Belanda? Setelah search sana sini, nemu juga jawabannya.. Dulu, European beranggapan bahwa penduduk benua Asia terdiri dari: orang Arab, Persia, India dan Tiongkok. Dengan catatan bahwa semua yang terbentang antara Persia (sekarang Iran) dan Tiongkok (China) adalah India. Maka negeri ini masuk kategori India. Nah, karena kategori India/Hindia ini ada dimana-mana, maka dinamakanlah kita Nederlandsch-Indie atau Hindia Belanda yang artinya India nya Belanda, karena saat itu Belanda lah yang penguasanya. Eh... lalu kenapa ya Netherlands kok berganti nama jadi Belanda? Hasil pencarian menemukan 2 cerita berbeda sebagai berikut: 1. Kata Belanda berasal dari 'Belah' yang artinya memecah dan 'nde' yang artinya keluarga. Netherlands yang waktu itu menjajah dianggaptelah memecah belah keluarga. Belahnde kemudian popular sebagai Belanda. Istilah ini dimunculkan oleh Mudhakarah Ulama...

The Story of My Grandpa

Ode to my Grandpa Malam sebelum Hari Raya Idul Adha 1442 H / atau tepatnya tanggal 19 Juli 2021 sekitar jam 19:00 WIB mbah Kakung tersayang (dari pihak ibu) atau orang biasa memanggil mbas Bas, pergi menghadap Allah SWT di usia 93 tahun di kediamannya di Blitar.  He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.   Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau so...