Bahkan saat H-1 saya masih belum tahu mau pilih yang mana. Pada dasarnya saya termasuk bagian yang tidak begitu concern tentang pemilu. Sejak dimulainya pemilihan langsung tahun 2004, sampai dengan tahun 2014 saya hanya berpartisipasi alakadarnya. Terus terang beberapa diantaranya saya tidak menggunakan hak pilih saya (karena sudah terprediksi pemenang telak, jadi saya merasa suara saya jd ga penting :D). Pemilu-pemilu tersebut bisa dibilang membanggakan karena bisa terselenggara dengan damai dan demokratis.
Tahun 2019 ini saya merasa agak khawatir, kok rasanya kampanye dua kandidat ini telah menciptakan semacam gempa yang membuat bumi Indonesia beserta orang-orang diatasnya terbelah jadi dua dipisahkan oleh jurang yang lumayan lebar jaraknya.
Sisi positifnya si, karena kekhawatiran tersebut saya jadi lumayan peduli pada pelaksanaan pemilu 2019 ini. Saya ikut nonton debat-debatnya. Saya juga mau repot untuk menggali informasi tentang track record, visi, kecenderungan ideologi, etika berkampanye, prediksi orang2 yg akan duduk di kursi kementerian dan lain-lain. Dari debat-debat tersebut saya ingin menuliskan summary program yang ditawarkan menurut pemahaman saya. Saya hanya melihat dari perspective yang menyerempet ekonomi dan sedikit menyerempet -iptek- (bahasa jadul banget haha). Sudut pandang yang lain biar menjadi konsumsi saya pribadi, karna akan membuat analisa saya *halah* menjadi terlalu kompleks dan pastinya subyektif banget.
Let's strart:
Paslon 1 (Jokowi-Amin)
Ada 2 hal yang sangat menarik perhatian saya dari paslon nomor 1 ini yaitu pembangunan infrastruktur dan unicorn.
My Thoughts.....
Saya merasa cukup puas dengan program unggulan para paslon diatas, asal bener2 ditepati saat menjabat. Kalo bisa digabungkan akan sangat baik. Uniknya, 2 paslon ini punya pendekatan yang berbeda. Kalo boleh saya analogikan:
Tahun 2019 ini saya merasa agak khawatir, kok rasanya kampanye dua kandidat ini telah menciptakan semacam gempa yang membuat bumi Indonesia beserta orang-orang diatasnya terbelah jadi dua dipisahkan oleh jurang yang lumayan lebar jaraknya.
Sisi positifnya si, karena kekhawatiran tersebut saya jadi lumayan peduli pada pelaksanaan pemilu 2019 ini. Saya ikut nonton debat-debatnya. Saya juga mau repot untuk menggali informasi tentang track record, visi, kecenderungan ideologi, etika berkampanye, prediksi orang2 yg akan duduk di kursi kementerian dan lain-lain. Dari debat-debat tersebut saya ingin menuliskan summary program yang ditawarkan menurut pemahaman saya. Saya hanya melihat dari perspective yang menyerempet ekonomi dan sedikit menyerempet -iptek- (bahasa jadul banget haha). Sudut pandang yang lain biar menjadi konsumsi saya pribadi, karna akan membuat analisa saya *halah* menjadi terlalu kompleks dan pastinya subyektif banget.
Let's strart:
Paslon 1 (Jokowi-Amin)
Ada 2 hal yang sangat menarik perhatian saya dari paslon nomor 1 ini yaitu pembangunan infrastruktur dan unicorn.
- Pembangunan infrastruktur ini memang memegang peran vital di era mobilitas tinggi seperti sekarang. Bayangkan saja efisiensi yang dihasilkan dengan infrastruktur yang yahud dan memadai. Kita bisa menggunakan waktu, tenaga, bahan bakar secara efisien. Infrastruktur yang memadai juga membuat Indonesia semakin accessible dari ujung ke ujung yang merupakan faktor penting dalam penguatan integrasi bangsa, mempermudah transfer teknomogi informasi dan logistik, meningkatkan ekonomi lokal dan banyak manfaat lain.
- Yang belum tahu unicorn itu apa nggak usah merasa aneh ya. Saya juga awalnya mikir, kenapa binatang bertanduk bisa disebut-sebut saat debat pilpres ya. In short, unicorn ini maksudnya perusahaan yang menyediakan pelayanan dengan menggunakan IT atau dikenal juga dengan start up dengan valuasi (potensi bisnis) US$ 1 miliar. Yang susah ngebayanginnya lagi, langsung menuju ke contoh saja. Ada 4 unicorn Indonesia saat ini yaitu Go-Jek, Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia.
Paslon 2 (Prabowo-Sandi)
Dua hal (juga) yang menarik untuk dipertimbangkan dari paslon nomor 2 adalah: pertama, penurunan pajak perusahaan dan penghasilan untuk meningkatkan konsumsi/ menarik investasi dan kedua, swasembada pangan (dengan subsidi petani dan pengurangan impor)
- Dengan pengurangan pajak penghasilan, diharapkan daya beli masyarakat akan naik, pun menurunkan pajak perusahaan akan membuat para investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Kedua hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
- Swasembada merupakan program populis yang sebenarnya akan sangat bagus jika dapat terlaksana. Sebagai negara yang meng klaim dirinya agraris, Indonesia belum bisa semaju Thailand misalnya. Swasembada selain menawarkan lapangan pekerjaan yang luas juga mengurangi ketergantungan pangan kita terhadap negara lain.
Saya merasa cukup puas dengan program unggulan para paslon diatas, asal bener2 ditepati saat menjabat. Kalo bisa digabungkan akan sangat baik. Uniknya, 2 paslon ini punya pendekatan yang berbeda. Kalo boleh saya analogikan:
Case: seorang bapak penjual es jenang ingin beli lapak untuk mempermudah penjualan usahanya, bapak ini hanya memiliki anggaran kecil untuk keperluan tersebut. Maka, begini kira2 tanggapan paslon 1 dan 2:
- Paslon 1: membeli lapak termutakhir dengan pinjaman bank. Paslon 1 berpendapat, selama pinjaman yang diambil untuk kegiatan produktif, maka hal tersebut perlu dilakukan. Dengan lapak mutakhir ini, kita bisa menarik lebih banyak konsumen sehingga keuntungan di prediksi akan meningkat. Dengan begitu bapak es jenang ini dapat menutup cicilan utang sekaligus meraup untung.
- Plus minus: keuntungan bisa jadi meningkat sesuai prediksi, tp bisa juga dibawah harapan. Pemberian utang selalu disertai dengan syarat dan ketentuan yang kadang memberatkan dan kadang menjebak. Selama kondisi tetap ideal seperti yang telah diramalkan, pendekatan ini cukup menjanjikan. Sebanding dengan resiko yang terjadi jika prediksi meleset, bapak es jenang ini akan tertimbun utang yang memberatkan.
- Paslon 2: membeli lapak sesuai dengan kemampuan, tp dari keuntungan yang kita dapat, dapat kita kumpulkan untuk membeli lapak yang lebih canggih. Bapak es jenang juga berupaya mengambil bahan baku dagangan dari sekitar, walaupun mungkin kita harus banyak berinovasi dan mengeluarkan insentif agar pasokan bahan baku tetap
kontinue dan berkualitas.
kontinue dan berkualitas.
- Plus minus: keuntungan mungkin tidak terlalu besar dan cepat, tp kita tidak akan begitu terpengaruh dengan unsur externalitas. Selain itu masyarakat sekitar juga terberdayakan dan ini otomatis juga menjadi investasi jangka panjang untuk memiliki pasokan bahan baku yang relatif stabil dan memiliki keberlanjutan.
Lebih suka pendekatan yang mana?
Dalam kehidupan nyata kedua sikap ini banyak kita temui pada orang-orang di sekitar kita. Saya punya teman yang kalo mau punya sesuatu ga pernah mau harus berhutang karena bikin stress dan membuat hidupnya tidak tenang. Tp ada juga teman saya yang justru selalu memilih berhutang dalam membeli barang karena menurutnya itu akan memotivasinya untuk bekerja lebih keras.
Jadi there is no bad choice or good choice here, just, pilih mana yang mengena di hati *eaaaa
Semoga ke-khawatiran saya tentang suasana menuju pemilu ini hanya imaginasi hiperbola saya. Siapapun yang menang nantinya, mari kita ciptakan dan doakan negara kita tetap dalam keadaan kondusif dan damai.
Tidak ada yang lebih berharga dari "damai"
Latest news from Indonesia including
ReplyDeletekumparan
joko widodo
pilpes 2019
prabowo subianto
bawaslu
sandiaga uno
prabowo
sandiaga
quick count
https://kumparan.com/berita-hari-ini/fakta-fakta-mengenai-quick-count-pilpres-2019-1qtK2EL3PPZ