Selama ini ada satu moment yang tak pernah terlupa, tak pernah terlewat, apapun halangan yang menghadang, rela berkorban harta, waktu dan tenaga, moment itu bernama "MUDIK" saat Lebaran. Mudik saat lebaran adalah ritual sakral yang seakan-akan "wajib hukumnya dan berdosa jika tidak dilaksanakan". Dan tiba-tiba, karena sesuatu yang namanya ga usah disebut -you know who- 😜, ritual ini tiba-tiba berubah hukumnya menjadi mendekati haram dan terlarang untuk dilakukan, setidaknya itulah yang terjadi tahun 2020 dan 2021.
Sebenernya kenapa sih kita selalu mudik saat lebaran, dibela-belain booking tiket jauh-jauh hari udah gitu mahal pula, harus nyiapin angpau buat krucil2, menghadapi pertanyaan-pertanyaan kepo yang we don't even know the answer😅. Kita yang biasanya berhitung dengan cermat agar tidak tidak besar pasak daripada tiang tiba-tiba kalap dan menghabiskan seluruh tabungan untuk membeli tiket selangit dan keperluan mudik lainnya. Why do we do that?
Tentunya alasan utama adalah menikmati "privilege" berkumpul dengan keluarga inti kita, Bapak, Ibu, Kakak, Adek dan ponakan yang hanya bisa kita nikmati saat tertentu saja. Masing-masing kita yang susah untuk menyamakan jadwal pada hari biasa, saat lebaran kita sepakat untuk meluangkan waktu sejenak untuk sekedar bertemu dan berbagi cerita. Selain karena libur panjang secara nasional yang memberi waktu rehat secara serentak, lebaran rasanya seperti menghipnotis kita untuk mudik, at any cost. Bagi saya sendiri, mudik juga berarti kunjungan tanpa henti ke keluarga besar jauh dan dekat, sebagian besar orang yang kita kunjungi bahkan adalah kerabat yang hanya kita temui satu tahun sekali dan dalam pertemuan itu kita datang untuk meminta maaf -how amazing and unbelievable is that-
Anyway, dua tahun belakangan ritual mudik lebaran harus terlewatkan. Bagaimanakah rasanya berlebaran di Jakarta? Well, saat kita telah melakukan sesuatu secara konsisten dan terus-menerus dan tiba-tiba harus berhenti, tentunya sesaat menciptakan ruang hampa dalam diri kita. Untungnya larangan mudik berlaku secara berjamaah, yang artinya kita tetap bisa menyalurkan energi silaturrahim kita, bedanya kalo biasanya kita laksanakan di kampung halaman, kali ini kita laksanakan di ibukota. Beruntung dengan teknologi saat ini kita tetap bisa bertatap muka walaupun virtual.
Anyway; Eid Mubarak 1442 H
Semoga lebaran kedepan kita bisa mudik lagi dengan bebas. Amiin
Comments
Post a Comment